AWAN MERAH PEMBAWA SENJA
Ketika langit sudah mulai menampakan langit soreh nya, para jama’ah dari kampung Suka
Ramaipun berbondong-bondong pergi kemasjid dan mengerjakan sholat maghrib. Merekapun
mensucikan diri mereka dengan air wudhu dan segera membentuk barisan untuk melaksanakan sholat
maghrib.
Setelah sholat maghrib selesai, terdengarlah suara tangisan bayi di rumah nya ibu Fatmah dan
Bapak Hasan, ternyata anak mereka yang bernama Zahria telah melahirkan seorang putra yang lucu
dan berkulit putih, anak itu diberi nama Ikhsan, namun yang di umur nya yang masi belita, Ikhsan sudah
harus merasakan bagaimana rasa nya di tinggal seoarang ayah untuk selama nya.
Karna ayah nya yang bernama Ali telah meninggal dunia pada peperangan besar, yakni dimana
peperangan itu melibatkan dua kerajaan besar bersaing untuk menguasai suatu wilayah di bagian
timur, dan pada saat itu ayah nya Ikhsan terkena panah nya musuh, beliau di panah oleh musuh tepat
mengenai jantung nya sehingga mengakibatkan beliau tewas di peperangan tersebut.
Pada suatu hari, saat ibu nya sedang manngambil air disumur, Ikhsan bermain sendiri di samping
ibu nya, waktu itu Ikhsan sudah berumur tiga tahun dan sudah bisa berjalan, ibu nya terus memandangi
Ikhsan sambil meluntarkan senyuman nya kepada Ikhsan, kemudian Ikhsan mulai menjauh dari ibu nya,
kira-kira antara jarakk dia ddengan ibu nya sejauh tiga meter.
Kemudian Ikhsan terjatuh, dan ibu nya segera berlari menuju Ikhsan, sehingga dua ember yang
berisikan air itupun harus tumpah dan terhempas ibu nya Ikhsan.
“ anakku, ibu akan selalu ada disampingmu “ ucap ibu nya sambil memeluk Ikhsan erat-erat.
Haripun berganti hari, dan minggupun berganti bulan, bulanppun berganti tahun. Dan kini Ikhsan
pun tumbuh menjadi laki-laki yang sholeh tampan, baik dan rajin. Ibu nya sanggat senang sekali karna
telah mempunyai anak seperti Ikhsan karna ia bisa di banggakan bagi keluarga nya.
Ayah nya yang sewaktu hidup, yang perna menjadi penasehat Raja. Karna melihat kepintaran
dan kepandaian nya, raja pun berbaik hati untuk memberikan kesempatan kepada Ikhsan, sehingga
Ikhsan pun di terimah bekerja, dan di percaya oleh Raja untuk mengatur sawah-sawah rakyat, yang saat
ini banyak sekali padi-padi yang tekena hama, dan banyak pulalah padi-padi yang tidak dapat menjadi
beras, dan pada akhir nya masyarakat pulalah yang menderita.
Ikhsan pun langsung bersujud syukur di tempat, dan mengucapkan kata terima kasih kepada sang
raja. Setelah di berikan kesempatan bekerja oleh sang Raja, Ikhsan pun langsung bekerja kepada sang
Raja, ia pun mengarahkan kepada masyarakat agar memasang orang-orang sawah, agar tidak banyak
burung-burung yang memakan padi-padi yang mau di panen oleh rakyat. Setelah satu tahun lama
nya bekerja kepada sang Raja, diangkatlah Ikhsan sebagai menteri Ekonomi, itu di karnakan selama
Awan Merah Pembawa Senja
Oleh : Aan Krisno
perbaikan ekonomi masyarakat, Ikhsan sangat banyak membantu. Kecerdasan dan keterampilan nya
iitulah yang pada akhir nya mengurangi jumlah kemiskinan yang sebelum nya jauh melesat tinggi.
Tak di sangkah-sangkah, pengangkatan Ikhsan menjadi menteri perekonomian telah membuat
ketiga penasehat Raja menjadi geram dan menaruh rasa dendam dan amarah yang sangat besar
terhadap Ikhsan. Karena bertahun-tahun mereka mengabdi pada sang raja, tapi kenapa tidak perna ada
hadiah untuk mereka, dan apakah hidup ini hanya untuk mengabdi kepada sang Raja yang hanya bisa
duduk di atas tahtah.
Merekapun mulai membuat rencana jahat kepada Ikhsan. Diam-diam mereka mengambil dan
mengumpulkan surat-surat kepemilikan tanah, sawah-sawah, dan perkebunan milik rakyat, mereka
menyuruh seorang perajurit untuk meminta surat-surat tersebut kepada masyarakat, atas nama menteri
perekonomian yaitu Ikhsan. Karna masyarakat percaya bahwa Ikhsanlah yang mengutus seorang prajurit
tersebut, jadi mereka tidak sungkan untuk memberikan surat-surat kepemilikan tanah, perkebunan, dan
sawah-sawah milik mereka.
Kemudian ketiga penasehat itu pun menjual sertifikat-sertifikat tersebut kepada kerajaan
musuh, atas nama Ikhsan. Tidak lama dari itu rakyat-rakyat pun harus kehilangan tanah, sawah maupun
perkebunan-perkebunan mereka, dan rakyat sangatlah menderita, mereka di siksa oleh kerajaan sekutu
karna tidak bisa menerimah jika rumah, dan harta-harta mereka sudah di jual, bahkan sampai ada yang
harus kehilangan nyawa nya demi mempertahankan milik nya.
Saat berita tersebut masuk ketelingah sang Raja, kerajaan bagaikan bergetar karna sedang ada
kekacauan yang saat ini terjadi di luar istana, ketiga penasehat tengik itu pun tersenyum dingin mellihat
kekacauan yang mereka buat sukses besar.
Ketiga penasehat itupun kemudian menghadap sang Raja yang sedang duduk gelisah diatas kursi
kekuasaan nya sambil memikirkan nasib rakyat nya. Mereka pun kemudian melapor dan mengadu
kepada Raja jika ini adalah perbuatan nya Menteri Ekonomi, tidak sampai disitu mereka pun menjelek-
jelekan nama Ikhsan kepada sang Raja, bahkan mengatak kepada kepada Raja kalau Ikhsan adalah ular
dalam rumah yang siap kkapan saja menggigit majikan nya.
Raja pun kemudian memerintahkan prajurit-prajurit nya untuk langsung terjun kemedan perang
dan segera mengambil kembali hak-hak rakyat nya. Saat itu Ikhsan juga membantu ikut berperang
dalam membela nasib rakyat nya. Setelah beberapa minggu lama nya perangpun akhir nya bisa di
selesaikan, sertifikat tanah, sawah, dan perkebunan rakyat pun akhir nya bisa di genggam rakyat
kembali.
Setelah peperangan selesai Ikhsanpun di panggil dan di mintai keterangan tentang kekacauan
yang barusan terjadi pada rakyat nya, tentu saja Ikhsan tidak tau menahu tentang penyebab kekacauan
yang barusan terjadi, dia pun tetap berlaku tenang meskipun tuduhan demi tuduhan yang di lontarkan
kepada nya.
Kemudian Raja pun memanggil seorang yang juga di mintai keterangan nya oleh Raja, orang
Awan Merah Pembawa Senja
Oleh : Aan Krisno
itupun adalah salah satu prajurit musuh. Saat di tanyai siapa orang yang telah memerintahkan untuk
mengambil hak-hak milik rakyat nya, saat itu pulalah prajuri itu menjawab denngan lantang, kalau orang
yang memerintahkan mereka adalah Menteri Ekonomi yaitu Tuan Ikhsan.
Tentu saja itu adalah kebohongan besar yang telah di buat oleh prajurit tersebut, saat itu Raja
belum memberikan sanksi kepada Ikhsan, karna belum ada bukti-bukti yang kuat yang membuat Ikhsan
sebagai seorang tersangkah.
Akan tetapi ketiga penasehat itu tidak kehabisan akal untuk membuat Ikhsan jahat di mata
Raja maupun rakyat. Malam itu juga ketiga penasehat tengik itu beserta prajurit nya, diam-diam
mengumpulkan para rakyat tanpa sepengetahuan orang-orang istana.
Mereka mengatakan hal yang sepatut nya tidak pantas untuk di katakan kepada rakyat, di
belakang Ikhsan mereka menjelek-jelekkan nama Ikhsan dan menjahatkan-jahatkan dengan sejadi-
jadi nya. Awal nya rakyat tidak begitu percaya akan tuduhan yang di luntarkan tiga penasehat itu, akan
tetapi lama kelamaan para rakyat mulai terhasut dengan omongan ketiga penasehat tengik itu.
Ke esokan hari nya, ketika rapat istana di gelar dan para orang-orang penting istana pun sedang
berkumpul, terdengarlah dari luar istana suara gemuru bagaikan suara gemuru rakyat yang sedang
marah karena tidak menerimah hak nya sebagai seorang rakyat. Saat itu orang-orang istana besrta Raja
keluar dan mencoba menenagkan para rakyat. Akan tetapi hal itu percuma, api yang telah menyala pada
jiwa-jiwa manusia itu, seakan telah memabukkan mengendalikan diri mereka ke alam tak sadar.
Saat itu suasana tak bisah di kendallikan lagi, mereka tak menuntut sawah, perkebunan,
ataupun rumah-rumah mereka yang telah di hancurkan oleh para prajurit dari kerajaan musuh. Akan
tetapi hal yang tepenting yang saat itu ada di pikirkan mereka adalah, menuntut keamanan dengan
memenjarakan menteri perekonomian dan mencabuk dirinya dengan seribu kali cambukan.
Raja pun coba mengelak permintaan rakyat nya, namun saat itu sang Raja bagaikan di taklukan
oleh rakyat-rakyat nya, sehingga kekuasaan yang besar yang di miliki oleh Raja selama ini bagaikan tak
berlaku saat itu. Para menteri-mentri pun seakan tidak percaya akan tuduhan tersebut, dewan-dewan
istana pun mencoba meyakinkan para rakyat nya agar menarik kembali ucapan yang telah mereka
lontarkan dengan cara tak beradab itu.
Beratus-ratus batu krikil pun mereka lontarkan kepada dewan-dewan istana termasuk Ikhsan dan
sang Raja. Semakin orang istana berusaha untuk menolong Ikhsan maka semakin banyak pulalah batu
krikil yang mereka lempari. Mereka bagaikan harimau ganas yang menggerogoti daging mangsa nya
hingga ke tulang sum-sum nya.
Melihat ke kacauan yang terjadi, Ikhsan meneteskan air mata nya, ia tak kuasa menahan rasa
sedih yang telah sekarang sedang mennggerogoti batin nya, dia tak mengirah jika kekacauan yang
terjadi sekarang ini di sebabkan oleh nya, sejak itu juga Ikhsan memberanikan diri nya dan menyerahkan
hidup dan mati nya kepada sang Raja di depan gerumunan orang-orang banyak itu.
Awan Merah Pembawa Senja
Oleh : Aan Krisno
Dan pada akhir nya sang Raja memerintahkan para prajurit nya untuk membawa Ikhsan ke
tempat pecambukan. Tubuh Ikhsan pun mereka lempari batu krikil dengan bertubih-tubih sehingga
menimbulkan memar-memar di tubuh nya, bahkan diantara mereka ada yang tegah meludahi muka
Ikhsan dengan air ludah mereka.
Zahria, yaitu perempuan yang telah melahirkan Ikhsan, hanya bisa merintih menangis dan
menyaksikan buah hati nya di siksa dan di aniayah oleh segerumunan orang-orang banyak. Ikhsan pun
kemudian di bawah ke tempat penghukuman orang-orang jahat dan kejam, tangan Ikhsan pun di rantai
dengan sekenvang-kencang nya agar Ikhsan tidak dapat melarikan diri. Satu demi satu cambukan itu pun
menebas tubuh nya Ikhsan hingga menimbulkan luka yang begitu parah. Lama kelamaan tubuh Ikhsan
pun di lumuri oleh darah yang berceceran di lantai itu.
“ anakku, Sembilan bulan ibu mengandungmu, tapi mengapa nasibmu harus malang seperti ini,
ibu akan selalu ada di sampingmu anakku, dan selalu mendo’a kan mu agar kamu di beri kekuatan untuk
menahan cobaan ini “
Setelah di cambuk dengan seribu cambukan, kemudian karena masi belum puas dengan hukuman
cambukan yang telah di terimah Ikhsan. Maka mereka menginginkan agar Raja menghukum mati Ikhsan
di depan mereka semua, dan apabila Raja tidak mau mengikuti keinginan mereka, maka mereka akan
menghancurkan istana dan tidak akan mengakui raja beserta menteri nya sebagai pimpinan mereka lagi.
Raja pun tak bisa berkutik apa-apa selain mengikuti keinginan rakyat nya, air mata Zahria pun
mengalir semakin deras, hati nya benar-benar terpukul mendengar hukuman mati yang di terimah
anak nya. Saat itu juga ada sebagian diantara mereka yang juga menaruh simpati kepada Ikhsan
dan menginginkan agar Ikhsan di bebaskan dari hukuman mati. Setelah itu Ikhsan di bawa ketempat
hukuman penggal dimana tempat seorang yang terdakwahyang tidak akan pernah bisa pulang lagi
setelah menginjakkan kaki nya di tempat itu.
Acara pennghukuman Ikhsan pun segera di laksanakan, air mata Zahria pun kian terjatuh, dia
harus melihat buah hati nya di tendang-tendang oleh orang-orang banyak, tentu saja hati nya sakit
sekali melihat si buah hati nya di perlakukan seperti binatang.
Sesampai nya di tempat hukuman tersebut, kedua tangan Ikhsan pun dirantai dengan sekuat-kuat
nya, tak sampai hukuman penggal itu dilaksanakan, Ikhsan pun kemudian memejamkan mata nya untuk
terakhir kali nya melihat dunia. Dan disaat Ikhsan memejamkan kedua mata nya, air mata Ikhsan pun
mengalir dan terjatuh dari pipi nya.
Ikhsan pun sudah ikhlas jika diri nya harus di penggal, meskipun kejahatan yang saat ini di
tuduhkan orang-orang kepada nya tak pernah ia lakukan, diri nya harus merasakan hukuman yang
sama sekali tidak perna ia lakukan. Perlahan-lahan malaikat maut menyabut nyawa Ikhsan untuk
meninggalkan raga nya. Tak semua dari mereka benci atau dendam kepada Ikhsan, bahkan ada diantara
mereka yang relah meneteskan air mata nya untuk seseorang yang telah mereka anggap jahat di mata
nya.
Awan Merah Pembawa Senja
Oleh : Aan Krisno
Tiga hari kemudian setelah kematian Ikhsan. Terungkaplah kebenaran yang selama ini mengganjal
pikiran Raja maupun orang-orang yang mencintai Ikhsan. Siang itu seorang prajurit yang pernah di
perintahkan ketiga penasehat untuk melaksanakan tugas jahat nya mengaku di depan Raja dan dewan-
dewan istana. Betapa piluh hati sang Raja dan betapa meneyesal nya Raja setelah tahu jika seseorang
yang telah ia hukum mati, bukanlah seorang penjahat yang telah di tuduhkan oleh kalayak banyak. Tak
hanya Raja yang menyesal akan hal itu akan tetapi orang-orang yang telah menuduh Ikhsan dengan
tuduhan yang tidak perna ia lakukan, juga menyesal dan menangis tersegu-segu karna melihat orang
yang telah menyelamatkan mereka dari kemiskinan kini telah tiada. Namun kini nasi telah menjadi
bubur, hal yang perna terjadi tak akan perna bisa di ulang kembali.
Hari itu juga ketiga penasehat yang berhati iblis itu, di hukum cambuk dan di hukum penggal,
bagaikan mereka menghukum Ikhsan sebelum nya. Dan pada akhir nya ketiga penasehat itu harus
mengalami nasib yang sama seperti apa yang harus di alami Ikhsan sebelum nya.
Satu tahun setelah kejadian itu, akhir nya Raja turun dari tahta karena merasa tak layak dan tak
bijak dalam mengurusi negeri nya. Rasa penyesalan yang begitu mendalam telah meracuni seluruh
hasyrat yang ada di dalam diri sang Raja, yang pada akhir nya Raja pun tak kuasa, dan lebih memilih
turun dari tahta yang selama ini mengagungkan nama nya di penjuru negeri.
Awan Merah Pembawa Senja
Oleh : Aan Krisno