Bukan puisi ataupun cerpen, tetapi aku ingin sedikit bercerita mengenai karawang yang dimana adalah tempatku lahir dan di besarkan. Disini lah aku mengenal dunia dari lahir sampai sebesar ini. Dari mulai karawang ini masih hijau samapi sekarang mendapat julukan kota industri, aku alami beberapa kejadian dan sejarah yang aku ketahui dari orang yang lebih tua dari aku, bisa saja itu guru aku di sekolah (Baca:
Perpisahan SMKN 1 Karawang) yang tentu saja orang yang lebih tua maka lebih banyak juga pengalamannya, karena itu harus kita dapatkan agar bisa kita bagikan kepada cucu kita nanti.
Bupati Pertama karawang
September, tanggal 14 tahun 1933 masehi. Sultan Agung sebagai sebagai raja mataram melantik singaperbangsa menjadi bupati pertama di karawang. Karena pada saat itu adalah tanggal 10 maulud sehingga setiap tanggal 10 maulud selalu di peringati hari jadi karawang.
Karawang sangatlah berperan pada perjuangan Republik Indonesia dalam melawan penjajahan belanda. Hingga di lukiskan keadaan tersebut dalam sebuah sajak yang berjudul
"Karawang Bekasi" oleh chairil anwar. Sajak ini terakhir ku dengar saat mencari ilmu di SMP (Baca:
Mencuri Ilmu) upacara di hari pahlawan pada tengah malam di dekat Pancawati Klari saat jam 00.00 malam menjadikan suasana hening dengan hati yang bergetar. Berikut Sajak yang berjudul karawang bekasi:
Kami yang kini terbaring antara Krawang Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang Bekasi
Chairil Anwar (1948)
Pendapat akhir...
Nampak jelas dalam sajak tersebut serasa kita di bawa pada zaman perjuangan republik indonesia. Sedih, sunyi dan sepi terlukiskan oleh kata di atas dengan sangat amat menggetarkan hati. Karna itu jagalah karawang kita bersama dan jangan lupa untuk mengenang para pahlawan kita.
Baca juga artikel
mengenai amanat dan memang benar karawang adalah tempatku lahir.