Malam ini menurutku malam yang setengah-setengah. Karena, yang kurasakan adalah setengah sedih dan setengah senang. Sedih, karena ku baru saja putus dari seseorang. Senang karena ada seseorang yang tak aku kenal, datang untuk menghibur dan mendukung aku. Aku sadar jika ia menyukaiku dan sangat senang ketika ia mendengar bahwa aku telah putus dari pacarku yang dimana pacarku adalah temannya. Seseorang yang tak aku kenal itu Steve namanya. Dia selalu mendukung aku dalam keadaan apapun. Entah mengapa ia bisa menyukaiku yang sebenarnya pertemuan kita berawal dari lomba matematika di sekolahnya. Ku tak pernah kenal ia sebelumnya, tetapi ia yang terlebih dahulu mengenalku dan menghubungiku. Perlu diketahui, aku adalah orang yang sangat malas untuk membalas pesan singkat dari orang yang tak aku kenal. Tetapi berhubung karena ia sangat gigih menghubungi aku, hingga mungkin aku hitung perharinya ia mengirimkan pesan singkat sebanyak 20 buah. Mulai dari topik “apa kabar, sedang apa, sudah makan atau belum, hingga selamat tidur” hingga akhirnya tanpa disadari aku menjadi sering ber-smsan dengannya. Tetapi sayangnya, aku tak pernah bertemu secara langsung dengannya.
Hmm, pertama kali ku dengar namanya, ku berpikir mungkin ia berbeda keyakinan dengan ku. Akupun sempat gusar, tetapi setelah ku pikir-pikir lagi, tak apalah jika hanya untuk berteman saja. Dua minggu pun berlalu, aku telah mengetahui bahwa keyakinannya sama denganku dan pada hari itu aku terkejut membaca pesan singkat darinya, “Hari ini ada acara kemana? Ketemuan yuk?”. Aneh rasanya, karena ku baru mengenalnya tetapi ada sesuatu perasaan yang berbeda dari biasa seperti aku bertemu dengan pacarku yang dahulu. Hati berdegup kencang dengan rasa yang malu-malu, bercampur menjadi satu. Akhirnya kami bertemu, dan setelah hari itu kami menjadi sering untuk bertemu, walau hanya sekedar bertatap muka. Hingga puncaknya, pada hari minggu, ia mengajakku pergi ke suatu tempat yang mungkin tidak lazim untuk orang yang sedang melakukan pengenalan lebih dekat. Ia mengajakku ke daerah dimana tempat itu setiap hari minggunya selalu ada pasar kaget dan ditempat itu pula, banyak sekali orang yang berolahraga dengan para keluarga maupun sahabat. Sudah sejak pagi hari aku bahwa ada seorang lelaki yang diterima cintanya, bersiap-siap. Tidak seperti biasanya yang sehabis beribadah, aku tertidur kembali, tetapi kali ini, aku sempat-sempatkan untuk mandi dan lari pagi demi bertemu dengannya. Mungkin menurut kalian hal tersebut tidaklah aneh, tetapi untuk seorang Nila, yang tak pernah begitu semangat apabila ingin bertemu seseorang, hal tersebut sangatlah aneh. Dan pada hari itulah ia menyatakan cintanya padaku. Pada awalnya aku bingung karena perasaan sakit dan sayang yang masih membekas pada sang mantan masih ada walau hanya sedikit, tetapi pada akhirnya aku terima juga. Sungguh aneh menurutku, kata pertama yang ia sampaikan kepada ku setelah ku terima cintanya adalah “Alhadulillah, Alhamdulillah ya Allah, terima kasih ya Allah. Lo serius kan?”. Saat itupun aku langsung tertawa dan juga kagum, karena ku baru mengetahui mengucapkan “Alhamdulillah, serius kan?”, bukan mengucakpan “Terima kasih sayang atau I Love You”. Dan, setelah berjalan beberapa bulan, aku merasa dia adalah lelaki yang berbeda. Dia bisa membuatku berubah drastis, dari malas hingga rajin, dari cemberut hingga tersenyum, dan dari marah hingga tersipu malu.
Sejak memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, semua keluhan mengenai pendidikanku yang tak dapat ku sampaikan kepada orang tua, ku sampaikan kepadanya. Dia menanggapinya dengan senang hati dan selalu memberi masukan-masukan positif kepadaku. Dia sering berkata kepadaku, “Sebelum mengambil keputusan, kuatkan niat kamu dulu, percaya dengan kemampuan diri sendiri, jangan pernah bangga dengan hasil yang telah kamu dapat hari ini, karena masih banyak orang sukses dan berhasil di luar sana yang lebih daripada kamu, jangan lupa untuk selalu bersyukur dan beribadah yang teratur, serta apabila kamu telah kokoh dengan pendirian kamu, jangan lupa untuk konsultasikan dengan orang tua dan kakak, karena merekalah sebaik-baiknya tempat cerita”. Padahal, perlu diketahui bahwa dulunya aku merupakan pribadi yang sangat tertutup, baik dengan pacar maupun orang tua. Tetapi berkatnya, aku mengalami perubahan yang sangat besar. Dan ada satu hal yang selalu memotivasi aku dalam hal meraih prestasi yaitu, “Kita ini harus pintar-pintar mengatur jadwal dengan konsisten. Kita harus tahu kapan waktunya untuk belajar, kapan waktunya untuk pacaran, kapan waktunya untuk bercengkrama dengan keluarga, dan kapan harus bersenang-sengan dengan teman.” Oleh karena itu, ku langsung merubah pola berfikir ku untuk selalu menjadi yang terbaik, berpikiran positif, jangan mudah menyerah, ingin membanggakan kedua orang tua semaksimal mungkin, dan berpacaran bukanlah merupakan penghalang untuk meraih prestasi. Hasilnya, hingga saat ini aku menjadi pribadi yang cukup dibanggakan oleh orang tua dan di tempat aku mengenyam pendidikan.
Hingga, suatu masalah menerpa. Dengan rasa tak bersalah, ku berkata bahwa aku telah bosan dengannya. Bosan dengan hubungan yang datar, mungkin aku berpikir bahwa hubunganku datar karena ia selalu baik kepadaku, hampir tidak ada satu kata atau perbuatan yang menyakitkanku. Ia kaget tak berkata satu patah katapun dan sejak saat itu, aku mulai menjauh darinya. Akupun bercerita kepada sahabat ku tanpa ada satu peristiwa yang aku hilangkan atau tambahkan yang dimana sahabatku adalah sahabatnya juga dan sahabatku berkata, “Yaampun Ni, sumpah, lo keterlaluan banget. Kasihan tahu dia. Kok lo jadi tega banget sih sama dia? Emang dia salah untuk mencoba selalu baik sama lo?” Dan ia tak secara sengaja membocorkan suatu rahasia yang Steve tak ingin ku ketahui bahwa ia saat ini sedang dirawat dalam rumah sakit. Ternyata ia mmiliki sebuah penyakit menurun yang menyerang pernapasannya. Seketika itu pula aku menteskan air mata. Sahabatku berkata kepadaku bahwa Steve tidak ingin membuatku kawatir dengan keadaannya. Ya ampun, betapa bodohnya aku, aku telah menyakiti orang yang ku sayang, orang yang sangat sayang kepadaku. Ia pun sempat menjauh dariku setelah ia mengetahui bahwa aku telah mengetahui penyakitnya. Hidupkupun saat itu berwarna abu-abu, tetapi, tak lama setelah itu, hidupkupun berwarna-warni kembali, seperti pelangi yang dikelilingi oleh dua awan kecil, yaitu aku dan dia. Kini pelajaran yang akau dapatkan adalah, pacaran bukanlah kendala untuk meraih bintang. Pacaranpun mengajarkan aku untuk menjadi lebih dewasa dan tidak lagi selalu menganggap diri kita benar dengan mengorbankan perasaan orang lain. Sekian kisah perjalanan Usahaku Untuk Jadi Yang Terbaik. Semoga kisah ini akan terus berlanjut. Amin.
Based On True Story
Depok, 11 Agustus 2010
Nama Pemilik: Putri Nilasari
Sekolah: SMA N 97 Jakarta