CINTA SANG PEMUDA
Dalam sebuah rumah yang sepi, seorang pemuda dimasa hidupnya duduk di bangku mejanya, dan ia memandang keluar melalui sela-sela jendela, pandangannya menuju ke arah langit yang dihiasi bintang-bintang dan sang rembulan. Lalu dia memalingkan pandangan kearah tangannya yang sedang memegang lukisan seorang gadis cantik. Garis-garis dan paduan warnanya yang tampak indah dibuat oleh ahlinya, terpantul dalam pikiran sang pemuda, menguak rahasia alam dan misteri keabadian cinta.
Lukisan wajah wanita itu seakan memanggil-manggil dirinya, dan seketika mampu merubah kedua mata sang pemuda menjadi telinga, yang memungkinkannya memahami bahasa jiwa yang laksana terucap dan memenuhi seluruh ruangan. mengubah hatinya terbakar kerinduan yang mendalam akan wanita yang ia idamkan dalam hidupnya. Waktupun berlalu, seolah-olah iti hanyalah sebuah peristiwa dalam mimpi-mimpi indah, atau bagaikan waktu setahun dalam keabadian hidup. Akhirnya Sang pemuda meletakkan lukisan itu dihadapannya, mengambil pena, lalu mengggoreskan perasaan hatinya yang lama dipendamnya ke atas selembar kertas;
“kekasih jiwaku; kebenaran yang agung ada di atas alam ini tidak dapat terkatakan dari satu makhluk pada mskhluk yang lainnya, hanya melalui tutur kata menusia. Namun kebenaran memilih kesunyian sebagai pembawa makna keberadaannya kepada mereka jiwa-jiwa yang terkasihi.
“Kata-kata apakah yang ku susun dengan seluruh hasrat dan kutulis dengan segenap kegembiraan ini?
“Keputusan yang indah dan menggembirakan apakah yang dapat kutemukan di tempat ini, yang mampu melingkupi jiwaku dan membuka hatiku?
“Mata siapakah selalu menatapku dan menembus jiwaku yang paling tersembunyi, yang slalu memberikan kebahagiaan dalam hatiku?
“Suara-suara apakah ini yang membawa ketenangan di hari-hariku dan menggambarkan pujian-pujian dimasa kecilku?
“aku tahu bahwa kesunyian malam adalah penghubung terbaik antara dua hati insan manusia; dialah yang membawa pesan cinta dan mengungkapkan sya’ir-sya’ir cinta dari hati kita.
Dan bagaimana Tuhan telah menawan jiwa ini di dalam penjara ragawi, cinta juga telah menawanku didalam ungkapan kata dan perasaan.
“Oh, kasihku, mereka berkata, bahwa cinta adalah bara yang mampu membakar hati seorang lelaki. Pada pertama kali kita bertemu, jiwaku merasa telah mengenalmu sejak lama, dan hatiku bergetar ketika aku memandangmu, dan aku merasa tak ada sesuatupun di dunia ini yang mampu memisahkan tautan hati kita berdua, kecuali Tuhan sang pencipta alam.
“pandangan pertamaku padamu pada awalnya bukanlah sebuah kebenaran dari diriku, waktu yang telah mengikat hati kita, mengokohkan kepercayaanku terhadap cinta abadi tentang adanya keabadian dan nyala jiwa yang takkan pernah padam.
“dalam waktu-waktu itu, alam telah menyingkap selubung yang menutupi kebenaran hatinya dan mengungkap keadilan yang hakiki.
“kekasihku, ingatkah engkau tentang kita saat berada di tengah taman bunga, dimana kita duduk saling memandang? Tahukah engkau bahwa tatapan matamu diwaktu itu telah menyiratkan bahwa cinta kasihmu tidak terlahir dari rasa iba, namun atas keadilan. Kini aku dapat menyatakan pada diriku sendiri dan seluruh isi dunia bahwa kasih yang terlahir atas keadilan jauh lebih bermakna dari yang muncul karena belas kasihan.
“dan kini akupun dapat menyatakan bahwa cinta yang terlahir dari hati yang tulus dan kesempatan bagaikan air tenang yang mengambang dalam kubangan.
“kekasihku, di hadapanku terbentang sebuah kehidupan yang mampu kuraih dan kuhias menjadi sesuatu yang lebih besar dan indah, kehidupan yang terbangun sejak pertama kali kita bertemu dan akan terus kekal hingga akhir zaman.
“aku percaya, hanya dirimulah yang mampu mewujudkan segala keinginan yang telah di anugerahkan Tuhan kepadaku, yang telah difirmankan-Nya melalui kata-kata dan perbuatan yang agung, laksana matahari yang memancarkan sinar kehidupannya keatas bunga-bunga liar mewangi yang tumbuh dipadang. Dan atas itulah, cintaku padamu akan kekal selamanya.
By: FARIES QUDSY ZM