Pangeran Terakhir
Andai aku dapat memilih antara hidup dan mati maka aku akan pilih mati !!!
“ Tina !! bangun !!” teriakan mama dari depan pintu kamarku berhasil membuyarkan semua mimpiku. Dengan malas aku beranjak dari kasurku yg empuk dan membuka pintu kamarku, disana ku dapati mama dengan wajah kesal.
“ Tina haruskah setiap hari mama membangunkanmu??” cerocos mama
“ yaelah mama Tina kan udah janji mau belajar bangun pagi sendiri”
“ kapan?? Udah cepetan mandi dan siap2 pergi sekolah ntar kamu telat”
“ okeh mam..” ku tutup pintu dan mulai bersiap mulai dari mandi, berpakaian, dan menyiapkan hal yg lainnya.
Oh iya namaku Tina Marganda aku seorang siswi dari sebuah sekolah swasta ternama di Jakarta. Aku memiliki ibu yg sangat cerewet tapi itu caranya menunjukkan kasih sayangnya padaku. Ayahku bekerja di luar negeri tepatnya di Jerman. Satu lagi yg ku rahasiakan dari siapapun termasuk keluargaku, aku menderita kanker otak. Terakhir kali aku memeriksakannya baru stadium 2 bahkan dokter menyarankanku tuk segera di rawat tapi aku tak mau pusing2 memikirkannya.
“ Tina !! cepet sarapan!!” teriakan mama terdengar kembali
“ sebentar mama !!” sahutku sambil menyisir rambutku. Setelah semua selesai aku bergegas turun dan meraih roti yg sudah disediakan mama di atas meja.
“ ma tina pergi dulu yah “ pamitku,
“ loh ? tina sarapannya??”
“ biar tina makan sambil jalan “ aku belari dan naik keatas motor sportku, warnanya biru sesuai seleraku.
***
Ku hentikan motorku di sebah sekolah yg terbilang cukup mewah, semua anak terlihat turun dari mobil2 bagusnya dengan memandangku sinis. Yah, aku tak suka dengan prilaku mereka yg sok hebat padahal itu punya ortu mereka bukan mereka. Setelah memarkirkan motor, aku berjalan menuju kelasku namun tiba2 seorang cewek berdiri di depanku.
“ kakak aku penggemarmu permainanmu di klub basket SMA kita sangatlah menakjubkan” ucapnya dengan sungguh2.
“ oh ! thanks” aku melanjutkan jalanku lagi tanpa menoleh sedikit pun padanya,
“ dasar cewek angkuh !!” teriak gadis tersebut
Bel masuk telah berbunyi aku pun duduk di bangkuku seperti biasa, guru yg dianggap galak oleh teman2ku kini sudah berada di depan kelas.
“ Tina bapak ingin berbicara padamu setelah jam pelajaran selesai”
“ Iya pak!!” sahutku
Setelah bel berbunyi, aku segera pergi ke ruang pak Agus itulah namanya.
“ ada perlu apa bapak memanggil saya?”
“ tina bapak ingin menanyakan sesuatu?”
“ apa sih pak? Susah amat ngomongnya” ucapku ketus
“ tina, setelah bapak perhatikan tingkah laku kamu selama sebulan ini mengalami perubahan. Beberapa anak juga beranggapan begitu “
“ aku biasa aja koq pak!! Bapak dan anak2 yg lain aja yg aneh” ucapku dengan suara tinggi
“ tapi tina?”
“ kalau tidak ada hal yg penting lagi saya permisi!”
“ tunggu!! Tina dimana sopan santun kamu selama ini??”
“ bapak saya punya urusan yg lebih penting daripada harus membicarakan hal yg hanya membuang-buang waktuku saja” aku meninggalkan ruangan itu tanpa pamit.
Di taman sekolah aku duduk dengan tenang sambil menghidupkan laptopku, kini lamunanku kembali melayang.
Saat aku tahu aku mengindap penyakit ini aku lebih berusaha untuk menghindar dari sosialisasi yg sering kulakukan dulu. Aku sebenarnya tak mau tapi aku tak punya pilihan, aku hanya tak mau saat di ujung nafasku aku akan membuat susah orang di sekitarku dan biarlah mereka membenciku agar mereka tak menangisi kepergianku nanti. Bahkan aku rela memutuskan hubunganku dengan pacarku yg sangat ku sayangi. Sungguh aku tak mau melakukan semua ini namun keadaanlah yg memaksaku.
“ woii, pagi2 ngelamun” kejut seseorang”
Aku sontak terkejut saat aku melihat kearah suara ternyata panjang umur, orang yg ku lamunkan ternyata ada disini.
“ apaan sih ?? ganggu aja loe!!” cetusku
“ tahan neng jangan naik darah dulu donk!! Aku mau ngomong”
“ apa lagi yg mau di bahas seorang abi yg popular dikalangan anak cewek?”
“ jangan gitu donk sayang” candanya
“ iih, eneg banget dengernya!! Mau ngomong apa cepetan”
“ okeh nona cerewet, aku mau tanya tentang surat cek up yg ku temui di kotak sampah didepan sekolah yg kau buang 5 hari yg lalu” tanyanya serius
“ surat apaan ? aku gak ngerti??” ucapku cemas
“ udah jujur aja!! Siapa yg kena kanker otak??”
“ aku gak tau?? Udah aku mau kekelas dulu ada urusan penting yg harus aku selesain” belum sempat aku melangkah abi menarik tanganku
“ apaan sih??” aku coba berontak
“ tina aku Cuma butuh jawaban itu?? Apa surat itu yg buat kamu jadi berubah seperti ini??”
“ aku gak tau!!” bentak ku
“ aku cuma pengen tau siapa yg di maksud surat itu??”
“ okeh aku jawab, tapi lepasin dulu tangan kamu!!”
Akhirnya aku menyerah, dan aku duduk menghadapnya. Ku hela nafas panjang suasana saat itu begitu hening dia pun menatapku dengan tatapan yg tajam. Akhirnya aku memulainya,
“ yang di maksud surat itu…” suara ku sedikit tersendat
“ siapa???” tanyanya lembut
“ yg di maksud surat itu adalah temanku” ucapku bohong
dia pun tersenyum, dan mengusap kepalaku.
“ kau harus kuat yah temen kamu pasti bisa sembuh!! Kalo kamu mau cerita apa2 aku siap dengerin kamu koq” dia pun pergi bersama tiupan angin yg mengalun lirih.
Kukira aku dapat berkata jujur, namun ternyata tetep tak bisa terlalu menyakitkan bila melihatnya menatapku dengan wajah penuh rasa kasihan oleh nasibku ini.
Saat matahari hampir terbenam aku beranjak pulang, didepan gerbang aku mendapati abi berdiri di depan gerbang. Aku coba tuk menghampirinya.
“ nunggu siapa?” tanyaku
“ oh?? Aku mau ngomong sedikit lagi sama kamu!!”
“ apa?” tanyaku bingung
“aku masih sayang sama kamu?? Walau aku tak tau jelasnya alasan kamu napa mutusin aku tapi aku akan tetep jaga kmu dari belakang”
“ ah!! Terserah aku mau pulang”
Ku tancap gas dan motorku melaju kencang, tanpa ku sadari air mataku telah membajiri wajahku. Aku tak bisa begini, aku tak kuat, aku ingin aku seperti yg dulu, aku lelah seperti ini terus menerus.
***
Setahun berlalu, aku juga untuk kembali mencoba memeriksakan kankerku ini. Saat tiba didepan rumah sakit aku sedikit gemetar, aku takut mendengar hal2 yg tak ingin aku dengar. Tapi aku coba memberanikan diri,
“ siang dok!!” sapaku ramah
“ oh siang, ternyata kamu gimana kamu setuju di rawat??”
“ enggak dok, aku kesini buat cek up aja!!”
“ oh mari!!” setelah selesai di periksa, dokter mengajakku bicara empat mata di ruangannya dengan membawa hasil pemeriksaanku.
“ tina, saya sangat terkejut secepat ini perkembangannya!! Dari stadium 2 hanya dengan waktu setahun kanker tersebut berhasil berkembang menjadi stadium akhir” suara dokter itu terdengar begitu lirih,air mataku pun hampir saja menetes namun aku menahannya sekuat tenagaku.
Aku pulang dengan langkah gontai, motorku ku hentikan di sebuah taman yg sering ku datangi bersama abi pacarku.
Kunyalakan mp3 ku dan kuputar lagu favoriteku yaitu lagunya cocolee yg judulnya” before I’m fallin in love” .
Lantunan lagu itu menghanyutkanku hingga air mataku menetes mengingat saat aku sering menghabiskan waktu bersama abi. Tiba2 seseorang menepuk bahuku dari belakang. Kumenengok kebelakang dan kuadapati dia pangeranku datang kembali saat aku sedang membutuhkan seorang teman.
“hei, koq nangis??” tanyanya bingung.
“ gak koq cuma kemasukkan debu” ucapku seraya mengusap air mataku, namun dengan sigap tangannya menggenggam tanganku dan dia mulai mengusap air mataku. Tuhan aku sangat menyayanginya, kumohon Bantu aku.
“ udah aku gak napa2 koq”
“ tina!! Sudah, jangan bohongin aku lagi”
“ apa yg kamu maksud??”
“ aku tau semuanya!! Tentang penyakit itu, tentang alasan kita putus, aku tau semua!!”
“ penyakit apa?? Kamu asal deh, aku capek aku mau pulang yah” saat aku melangkahkan kakiku tiba2 tubuhnya yg hangat memelukku dengan erat.
“ abi apaan sih??”
“ tina mengapa kamu merahasiakan semuanya dari aku??”
“ sudah!! Lepasin!!” aku memberontak
Perlahan dia melepaskan pelukkannya dan aku bergegas menaiki motorku kemudian menjauh sejauh mungkin.
Aku kacau, semuanya tak bisa kupikirkan dengan jernih, rasanya begitu menyakitkan.
Seminggu sudah berlalu, semenjak saat itu aku tak pernah lagi bertemu dengan abi. Aku tak tahu apakah dia marah padaku atau dia kesal.
Sekarang yang ku tahu umurku sudah tak panjang lagi namun satu yang pasti aku akan tetap menyayangi abi sampai nafas terakhirku, karena dia pangeran terindah yang pernah kukenal.
“ tina, kamu di panggil pak agus lagi tuh di ruangannya” kata teman sekelasku saat aku memasuki kelas.
“ oh iya”
Aku bergegas menemui pak agus yg selalu rutin memarahiku tanpa kenal lelah. Pak agus pasti memarahiku lagi, tapi semua ini sudah tak ku hiraukan lagi, aku sudah tidak mementingkan kehidupan ini lagi.
Tiba2 penglihatan ku kabur sebelum semuanya menjadi gelap.
***
“ tina kau sudah sadar??” terdengar samar2 suara seseorang
Kulihat abi berada di sampingku dengan wajah cemas, dia terlihat lega melihat aku tersadar dari pingsanku.
“ aku dimana??”
“ kamu ada di ruang uks” ucapnya lirih
“ aku mau pulang!!” ucapku segera bergegas bangun namun tiba2 aku batuk dan yg sangat membuatku terkejut ada darahnya.
“ tina!!” ujar abi panik
“ berjanjilah kau akan merahasiakan hal ini??” ucapku lemah
“ tapi??”
“ aku mohon!!” pintaku
“ baiklah tapi aku akan mengantarkanmu pulang?”
“ okeh!!”
Setelah membersihkan darahnya, aku pulang diantar oleh abi, selama perjalanan dia tak mengucapkan sepatah kata pun.
Akhirnya kami pun sampai di depan rumahku, aku bergegas turun namun abi menarik tanganku.
“ tina aku sungguh serius sayang sama kamu aku tetap nunggu kamu sampai kapanpun” ucapnya begitu terdengar lirih
Aku menarik paksa tanganku dan berlari masuk ke rumah. Aku begitu bingung dengan keadaan ini, semua begitu rumit.
***
Kini tubuhku sudah tak sanggup lagi, aku sudah di titik akhir hidupku. Sebelum ku ingin menghembuskan nafasku yg terakhir aku berusaha tuk menuliskan sebuah surat tuk abi yg terakhir.
Abi, ini mungkin surat terakhirku dan saat kau membaca surat ini mungkin juga aku kan sudah pergi ke sisi sang Ilahi.
Ku tulis surat ini karna aku sangat merasa bersalah telah membawamu dalam kisah kelam hidupku ini, hanya maaf yg bisa ku ucapkan.
Dan aku juga merasa kau pangeran terakhir yg pernah kukenal terbaik dan sangat aku sayangi, sayangku kan selamanya abadi.
Yg kan menjadi saksi cintaku adalah bintang di langit yg abadi.
Buatku kau adalah malaikat yg terindah, dan aku harap kau kan bahagia tanpa aku dan itu harus. Aku mencintaimu.
Ini aku buatkan sebuah puisi untukmu..
Cinta abadi kan ku cipta,
Walau nafas tlah tak sanggup,
Demi kau ku bertahan,
Demi kau ku berusaha,
Kau pangeran terindah, dan ku harap selmanya begitu,
Buat aku bangga,
Buat aku bahagia disini,
Satu janjiku kau kan tetap cintaku.
Selamanya, kan selamanya…
Kemudian aku pergi dengan tenang, tak ada yg tahu kecuali benda2 di sekitar kamarku yang menjadi saksi bisu. Saat aku menutup mataku sebutir air mata menutup akhir kisahku. Takkan ada lagi teriakkan ibu pada pagi hari, takkan ada lagi canda tawa di setiap obrolanku, dan takkan ada lagi hangatnya kasih sayang dari abi dan keluargaku yg begitu berharga di dalam hidupku dan akan selamanya menjadi kenangan terindah di hatiku. Terima kasih banyak atas semuanya. Aku mencintai kalian.
~THE END~
By Nurhayati