Ketika Aku Jatuh Cinta Lagi
Oleh :Nur Aisyah Putri
SMA N 1 Payakumbuh
Pagi ini, sangat berbeda dengan dua hari kemarin. Yang paginya selalu disambut dengan hujan gerimis. Pagi ini matahari tersenyum, pohon – pohon menyapa dengan kesejukan, senyumanpun ikut menemani bibirku. Hmmm…. Ku langkahkan kakiku dengan Bismillah awali hidup dengan semangat berkobar. Di depan rumah, ku menunggu angkot yang sering disebut didaerahku dengan “sago.”
Tiiin… tiba – tiba mobil butut dari arah kanan menyapaku, sambil sopirnya menunjuk – nunjuk lurus ke arah kiri, andanya member kode ‘mau berangat dengan angkot’. Aku langsung mengangguk den tersenyum.
Di dalam sago bathinku komat – kamit “ya allah… semoga gak mogok. Semoga gak mogok ya allah…” maklum saja sago – sago yang ada di daerahku udah pada uzur, tapi masih juga dipakai buat cari nafkah tanpa pernah diservis sekalipun. Tpi… anehnya lagi penggemar sago ini banyak juga. Ya… mungkinsudah rezeki parasopir sago untuk menghidupi anak dan istrinya.
Braaagh… mobil berhenti. “disini dek”, kata sopir sago. Sambil berusaha badanku lagi, gara – gara terdorong mobil berhenti. Aku jawab dengan ragu – ragu “iy… iya pak.” Dan aku langsung turun dari sago. Dalam keadaan belum stabil, setelah terdorong lumayan kuat dalam sago tadi, aku linglung mencari uang Rp 1.500,00 yang sebenarnya udah aku sediakan dalam kantong rokku dari rumah. Ku periksa kantongku dan… dapat!!! Aku langsung memberikan kepada sopir sago, sambil tersenyum kecut.
***
Akhirnya sampai juga di sekolah tercinta. Dengan senyuman, aku salami Pak Satpam yang pagi – pagi sudah berdiri dengan tegap di gerbang sekolah.
Di lapangan sekolah yang luas, ku pandangi pohon – pohon pinus, sambil berjalan santai menuju kelas. Pinus – pinus yang dirawat dengan baik oleh petugas sekolah ini, memberikan kesejukan dan kedamaian bagi mata yang sempat memandanginya dengan penuh rasa cinta dan perhatian. Karena terlalu terlena dengan kesejukan dan kedamain yang di berikan pinus – pinus itu kepadaku, tiba – tiba …. Braagh… aduuuh, aku menabrak seorang cowok yang lagi asyik membaca sambil bejalan menuju kelasnya. Huuft…. Rok aku malah kotor semua lagi, eeeh… malah cowoknya, gak kenapa – napa. Hmm.. sebel!!!
Tapi… so sweet banget!!! Cowok ganteng dari Negeri Peri ini menolong aku, sambil nawarin tangan kanannya untuk nolong aku. Hmm…. Melayang – layang. Cenad – cenud, ya… hatiku cenad- cenud melihat mata cowok ganteng dari Negeri Peri itu. Fall in love langsung deh!!! Bahagia… banget. Berbunga – bunga.
***
Ketika sampai di kelas, aku langsung cerita sama sobat aku, yang lucu.. selalu panggil aku dengan sebutan “Say.” Penggemar artis Korea, malah fanatik banget, ya… siapa lagi kalau bukan Lettisha Lonica. Yang sering aku panggil dengan “Tisha.”
“ Eeeh… Tisha, Tisaha… aku adaberita penting ni..”
“ Ya Say… berita apa???”
“ Aku baru.. aja jatuh cinta.”
“Ha??? Iya??? Sama siapa???”
“Sama cowok dari Negeri Peri. Hahaha…”
“Biasa aja kali Say.. jangan terlalu lebay.”
“Iya… beneran. Ganteng.. baik.. sopan lagi ,pokoknya perfect deh.”
“Yee… aku juga lagi fall in love kali…”
“Sama cowok yang kayak atis Korea. Namanya Tae Jo.” Kata sahabatku yang fanatik banget sama artis Korea ni, terutama Lee jun Ki .Yang tak mau kalah.
“Ya lah… kamu tunjukin ke aku ya, orangnya ntar.” Sanggahku, sedikit sinis. Soalnya , sahabatku yang satu ini, gak mau kalah. Apalagi kalau udah nyangkut – nyangkut artis Korea.
Assalamualikum!!! Ternyata Pak Daniel, Guru Matematika yang lucu itu, dan gak ngebosanin udah masuk. Bapak yang blasteran Batak – Minang (Bakmi) ni, langsung lanjut ke Trigonometri yang pronunciation, di ucapkan Bapak Daniel ni “Trighonometri.”
Pelajaran yang susah dan sukar seperti Matematika ini, jadi gampang dan menyenangkan kaalu belajar dengan Pak Daniel. Dia selalu memberikan contoh – contoh dan nasehat – nasehat, yang mudah dipahami , dan tidak mudah lupa.
Kali ini Pak Daniel, memberi sebuah nasehat yang sangat menyentuh kalbu
“Apabila cinta ada di hati yang satu
Pasti juga cinta itu ada di hati yang lain
Karena tangan yang satu
Takkan bisa bertepuk
Tanpa tangan yang lain.”
Pak Daniel, melanjutkan berarti “ jika belajar Matematika benar – benar kalian senangi, maka guru yang mengajarpun juga akan senang dan ikhlas memberikannya.” Mengerti ????
“Mengerti Pak!!!” teriak kami bersama – sama.
“Kalian tau, kata – kata tadi dari mana saya ambil???
“Tidak Pak???” Jawab kami bersma – sama.
“Saya baca dari Novel Habiburrahma El- shirazy, yang berjudul ‘Bumi Cinta’.” Kata Pak Daniel.
“Hahhaha…” kami semua tertawa terbahak – bahak , kami kira memang dari otak Bapak sendiri. Ya… itulah Bapak Danel, yang selalu bikin belajar Matematika menjadi asyik. Ya… walaupun, kadang gak nyambung sam pelajaran kata – kata nasehatnya. Yang penting, kami mengerti dan Bapak senang mengajasi kami.
Teng teng teng…. Hore!!! Bel istirahat berbunyi.
“Say.. kamu mau nengok cowok gebetan aku yang kayak artis Korea tadi??” Kata Tisha dengan penuh semangat.“Ya…” Jawabku sinis. ***
Kali ini, kami main di perpustakan. Walaupun tujuannya, bukan buat baca buku tapi, buat nengok gebetan Tisha , yang katanya kayak artis Korea itu.
Setelah duduk beberap saat di, perpustakaan sambil baca – baca buku gak jelas. Tiba – tiba …“Mana – mana.. “ sanggah aku sambil linglung penasaran mencari fisik cowok yang katanya kayak artis Korea gak jelas itu.
“Itu.. itu.. masa kamu gak ngeliat sih” kata Tisha sambil menunjuk ke arah cowok yang di bilang kayak Tae Jo.
Yap.. itu dia, it… itu.. kan, cowok yang tadi nabrak aku. Itu kan, pangeran aku dari Negeri Peri, kok Tisha, bisa jatuh cinta juga sama cowok yang aku suka. Tapi… sejak kapan??? Aku gak mau hanya, gara – gara cowok, persahabatan kami jadi terpecah. Bathinku bertanya – tanya.
“Hei… say, kamu kok melamun ??? Jangan – jangan kamu, terpanah asmara juga ngeliat pangeran tampanku ya???” buyar Tisha, menghentikan pertanyaan bathinku.
“Ah… kamu kira aku penggemar artis Korea kayak kamu juga ??? mana mungkin aku suka sama cowok kayak Tae Jo kamu itu, gak tipe aku banget.” Tangkas aku, smaabil berbohong, menyumbinyikan perasaan cinta aku yang baru aja jatuh cinta, tapi…. Demi sahabat, aku rela mengorbankan perasaanku, karena aku telh tekankan pada diriku sendiri ‘sahabat lebih penting, dari pacar.’
“Ya lah Say.. aku tau kok tipe kamu, yang anaknya rada – rada alay gitu kan??? Hahaha… *just qiding kok Say.” Jawab Tisha, tanpa meragukan raut wajahku yang menceritakan kebohongan, mungkin gara – gara sahabat aku ni, lagi ngeliat pangeran cintanya. Jad tidak terlalu di gubris.
***
Waktu istirahatpun udah habis, dan kami langsung masuk kelas kembali. Dalam kelas,Tisha ngomong yang kali ini serius banget sama aku
“Say… walaupun aku udah jatuh cinta… tapi, aku belum mau punya pacar untuk masa – masa di SMA ini, soalnya aku ingat pesan kakak sepupu aku, yang sekarang udah nikah sama cowok yang perfect banget dan suaminya itu, kerja di Wellington. Setiap kali aku ketemu sama kakak sepupu aku itu, dia selalu mewanti – wanti berpesan ‘Tisha.. kalau mau pacaran, cukup satu kali ya, dan pacar yang satu kali itulah yang nantinya benar – benar akan jadi suami kamu, karena kalau ingin berhasil hidup harus punya prinsip,jika benar – benar ingin pacaran tunggu sampai kuliah, setidaknya tamat SMA, dan pastikan cowok itu benar – benar baik, fisik dan hatinya’. Ya.. itulah pesan kakak sepupu aku yang sekarang menjadi salah satu prnsip hidup aku Say.”
Mulai dari hari itu juga, aku berprisip sama kayak sahabat aku Letisha Lonica, dan aku sangat bangga punya sahabat yang baik kayak dia. Walaupun aku tidak pernah ngasih tau kalau cowok yang aku suka itu, juga yang dia suka.