Senja telah berganti malam, saatnya aku kembali dari tempatku mengadu nasib. Kembali kerumah yang penuh dengan kenyamanan,yang aman dari segala macan bahaya yang mengancamku. Ah,, lelah rasanya tubuh ini. Ingin aku segera sampai dirumah, dan membasuh tubuhku yang penuh keringat ini dengan air hangat.
Seperti biasa, saat pulang aku selalu melewati sebuah bangunan gereja tua yang sudah jarang pengunjungnya. Disana hanya ada seorang kakek tua penjaga gereja tersebut, amatlah ramah. Ketika aku bertemu dengannnya, dia selalu menyapaku. Namun saat ini yang tidak biasa adalah ada seorang gadis kecil yang tengah duduk termenung diserambi gereja. Nampaknya ia sedang sedih. Aku pun penasaran entah itu manusia atau bukan, dan aku pun segera menghampirinya. Rasa ragu dan takut pun menghampiriku. Namun aku tetap memberanikan diri untuk mendekati dan menyapanya. Aku pun memulai pembicaraan dengannya.
“hai… boleh aku tau siapa namamu?”
“namaku Sharon..”
“perkenalkan namaku Jason.” Ucapku.
“apa kamu sedang menunggu seseorang di gereja ini?” sambungku.
“tidak.” Jawabnya singkat.
“apa yang kamu lakukan disini?”
“entahlah, aku pun tak tau?”
“memangnya kamu hendak kemana?”
“entahlah, aku pergi tanpa tujuan.”
“apa kau sendiri?”
“tidak, aku pergi bersama harapanku.”
Sikap gadis ini begitu dingin padaku. Entahlah, apakah dia tidak menyukai kehadiranku. Aku makin penasaran dengan gadis kecil yang cantik ini. Dan sepertinya dia pergi dengan membawa banyak harapan yang ,mungkin bisa merubah jalan hidunya agar lebih baik.
“apa orang tuamu tidak mengakhawatirkanmu pergi sendirian seperti ini?”
“orang tuaku sudah tiada…”
Ah, sedih hatiku mendengar ucapanya barusan.tak tega aku melihatnya sendirian disini.
“apa yang kau cari di tempat ini?”
“aku tak tau. Bahkan untuk tinggal dimana pun aku masih tak tahu.”
“jika kau berminat kau boleh menginap dirumahku untuk beberapa lama..”
“tidak. Aku tidak mau merepotkan orang lain. Aku ingin menjadi orang yang mandiri?”
“Sharon, semandiri apa pun seseorang, dia pasti tetap membutuhkan bantuan orang lain. Ayolah, terima tawaranku. Aku tak akan bisa meninggalkanmu sendirian disini.”
“mengapa?”
“karna aku tak akan memaafkan diriku sendiri jika terjadi hal buruk terjadi padamu.”
“ah… tinggalkan aku sendiri disini. Aku tak ada orang yang mengganguku saat ini.”
“baik, aku tak akan menggangu. Tapi aku takkan pergi dari sini.”
Aduh… apa yang ada dipikiranku? Entah mengapa aku tak ingin meniggalkan gadis kecil ini. Aku ingin sekali menemaninya. Aku tak tega meninggalkan dia sendiri disini. Aku takut meninggalkannya. Gadis ini sangat keras kepala, namun sepertinya dia sangat optimis dengan harapan yang ia bawa pergi sejauh ini. Mungkin itu yang membuatku tertarik padanya. Apa? Tertarik? Apa maksudku berpikiran seperti itu? Apa mungkin aku menyukainya? Ahh,, tidak mungkin! Mungin aku hanya bergurau. Hahaha. Ah, bodohnya aku. Umurku beda jauh dengannya, mana mungkin aku menyukainya? Aku hanya berniat membantunya saja koq.
“apa kau mau menerima tawaranku sekarang?” sambungku dalam pembicaraan ini.
“entahlah..” jawabnya singkat.
“Sharon… kalau aku boleh tau apakah yang menyebabkanmu pergi sejauh ini dan tanpa tujuan?”
“aku tak punya rumah lagi ketika orang tuaku meninggal. Seseorang mengaku telah membeli rumahku. Dan terpaksa aku pun harus pergi dari rumahku.”
“apa kau tak mempunyai saudara yang mungkin bisa mengijinkanmu tinggal dirumahnya? Kalu ada akua janji kan mengantarkanmu. Sejauh apa pun jarak yang akan kami tempuh.”
“tak ada!”
“satu pun?”tanyaku heran.
“ada, tapi dia sangat tidak manyukaiku. Dia sering sekali mencoba tuk melukaiku. Namun selalu gagal.”
“ah,, lebih baik tak usah. Tinggallah bersamaku!”
Dia hanya terdiam.
Kasihan sekali gadis manis ini. Tak tega aku. Jika ia mau tinggal bersamaku, aku akan membuat dia selalu membuatnya selalu tersenyum. Dan aku akan menjadikan biaya hidupnya sebagai tanggung jawabku. Oh,, Tuhan… andai aku dalam kondisi seperti dia aku tak yakin bisa bertahan hidup. Tuhan, ijinkan aku mengajaknya tinggal bersamaku. Dan aku berjanji akan selalu menjaganya.
“Sharon…”
“ya?”
“berapa usiamu sekarang?”
“hari ini aku menginjak usia 12tahun.”
Aku terdiam kembali. Menahan sesak di dada. Ketika aku tahu bahwa hari ini dia menginjak usia 12tahun. Usia yang sangat belia. Uisa yang seharusnya ia masih bisa merasakaan senangnya bermain dan bergaul. Tapi ia kini harus memikirkaan hidupnya dan masa depannya sendiri. Ya Tuhaan… apa tidak terlalu berat ujian yang Kau berikan pada gadis ini?
“Sharon?”
“hmm?”
“mau kah kau tinggal bersamaku?”
“tapi…”
“sudah lah… aku ikhlas menolongmu. Aku akan mencoba tuk selalu menemanimu agar kau tak kesepian seperti saat ini. Suatu saat nanti, jika kau boleh pergi dari rumahku jika kau sudah mamapu membiayai hidupmu sendiri. Kau pun perlu sekolah, agar kau bbisa menggapai impianmu.”
Dia hanya menggangguk.
Akhirnya dia pun menerima tawaranku. Aku senang karena kini aku tak sendiri di rumah. Kini ada seorang gadis kecil yang akan mengisi hari-hariku yang membosankan ini. Namun, di sepanjang kami hanya terdiam satu sama lain. Terdiam hingga kami sampai di rumah. Mungkin dia masih merasa asing denganku. Wajar saja, kami baru pertama kali bertemu dan kini dia harus tinggal bersama orang asing yang tidak ia kenal seperti aku. Tapi, aku tak ada niat buruk sedikitpun kepadanya. Justru malah aku ingin sekali menolongnya. Semoga ia senang tinggal bersamaku.
Rasanya tak adil bila aku harus setiap hari bekerja dan ia tetap di rumah sendirian tanpa ada kegiatan yang memebuatnya bersemangat. Aku harus menyekolahkannya. Dia perlu belajar, agar ia bisa merasakan senangnya bergaul dengan teman-teman seusianya. Dan juga agar ia dapat belajar seperti dulu, supaya ia bisa menggapai cita-citanya. Ya.. aku ingin ia bahagia.
Satu tahun sudah ia tinggal bersamaku. Ia sudah seperti adikku sendiri. Aku sangat menyayanginya. Aku selalu menjaganya dan memperlakukan dia dengan baik. Dan tak terasa pula bahwa tahun ini juga ia genap berusia 13tahun. Aku ingin sekali mengajaknya jalan-jalan dan membelikanya hadiah ulang tahun. Aku senang bila melihanya senang. Aku merasa bahagia bila melihanya tersenyum. Dan hari ini aku akan membuatnaya senang.
Hari ini aku merelakan bolos kerja hanya untuk merayakan ulang tahunnya. Semoga ia senang dengan hari ini dan tak akan pernah melupakan momen indah ini. Hari ini aku ingin membelikannya kado yang sangat ia inginkan sejak lama, boneka Teddy Bear ukuran jumbo. Ya, memang ukuranya sangat besar. Dan harganya pun juga besar. Tapi tak apalah, ini demi menyenangkan hatinya di hari spesialnya ini.
Kado telah terbeli. Kini saatnya menunggu Sharon pulang dari sekolahnya. Aku tak sabar ingin melihatnya ekspresinya saat menerima kado ini. Dan 1 jam aku menunngu, akhirnya ia pulang juga. Dan aku pun mengejutkan dengan memberikan boneka Teddy Bear itu. Dia nampak sangat senang rupanya. Dia ersenyum bahagia selama beberapa saat. Dan akhirnya pun ia langsung Nampak murung.
“Sharon? Mengapa kau murung? Apa kau tak suka dengan kado yang aku berikan?”
“tidak, aku sangat menyukainya. Tapi aku lebih senang jika orang tuaku sendiri yang mmberikannya padaku.” Ia menjawab sambil menahan air mata.
Aku pun memeluknya dengan erat.
“Sharon, aku menyayangimu! Jangan kau buat aku sedih dengan air mata mu.”
Oh,, tuhan mengapa kau mengingatkannya dengan peristiwa satu tahun lalu padanya? Tak cukupkah kau berikan ia cobaan kepadanya satu tahun lalu? aku tak tega melihatnya menangis. Oh,, tuhan kejamnya hidup ini. Mengapa harus gadis tak berdosa ini yang merasakannya? Mengapa tidak orang lain saja? Tidakkah kau ingin melihatnya dengan sedikit senyum wajahnya? Tuhan, jika inilah takdir yang kau berikan, tolonga bantu dia menghadapi semua ini. Agar hidupyang kami jalani tetap bermakna, walaupun perih dan luka di hatinya tak pernah sembuh meski seribu senyum terukir di wajahnya yang cantik. Sharon,, kau bisa hadapi ini semua. Aku akan selalu bersamu dan selalu menjagamu.
Pencipta Cerpen : Jerry Indah Lestari
Sekolah : SMPN 157 JAKART