Hari ini adalah waktu senggang pertama kali, setelah dua minngu aku baru masuk bekerja di salah satu perusaha percetakan majalah dan tabloid. Hari ini aku berniat mengunjungi keluargaku di desa. Rasa kangen sudah meluap-luap dihatiku. Rasanya suasana pedesaan yang sangat indah sudah aku dambakan dalam benakku. Untuk menuju rumah ibuku aku berniat naik angkutan bis kota. Di tengah perjalanan aku teringat masa-masa SMA ku dahulu. Waktu itu merupakan kejadian yang sangat menggores hati dan tubuhku..
Di pagi yang cerah itu adalah hari pertama semua siswa di Indonesia memulai hari pertama sekolah, setelah sekian lama menikmati libur panjang akhir semester genap. Mentari pagi yang menerangi seluruh alam. Dan terpancar seolah-olah menempel pada indahnya lagit biru yang berhiaskan awan putih yang bersih. Angin sejuk yang meniup dedaunan mengiringi keindahan alam pada hari itu. Pagi itu aku sudah rapi dengan seragam putih-putih, karena pada waktu itu akan diadakan upacara bendera sekaligus pembukaan tahun pelajaran baru di semester yang pertama. waktu itu aku baru duduk di bangku kelas dua SMK. aku sabar tidak sabar lagi untuk kembali ke sekolah, dan berkumpul bersama teman-teman ku. yang merupakan napas dalam hari-hariku di sekolah. tanpa mereka mungkin aku tidak akan bisa merasakan indahnya hidup dan dapat menghadapi semua dengan baik. .
Kebetulan waktu itu aku mengenakan jam tangan yang ku dapat dari hadiah ulang tahun yang diberikan oleh teman-temanku. Jam digital yang berwarna hitam campur biru itu menunjukan pukul 05.55. pagi itu bersama banyaknya orang yang hendak memulai aktivitasnya, kami semua menunggu transportasi utama di daerah kami yang siap mengantarkan kami ke tempat aktivitas masing-masing. yaitu sebuah bis kota warna merah dan merupakan transportasi satu-satunya yang melewat ke rumah ku.
Tak lebih dari lima menit aku menunggu, akhirnya bis yang siap mengantar kami datang. Aku segera bergegas naik, karena tidak ingin ketinggalan sekolah pada hari ini. Karena bis yang aku naiki sudah penuh, terpaksa aku harus berdiri dan menunggu orang lain turun dan bergantian duduk. Tampak begitu ramainya orang-orang di dalam bis. Sampai-sampai kami saja yang berdiri harus bersesak-sesakan. Tapi bagiku itu sudah biasa, karena di setiap hari senin orang-orang ingin berangkat lebih awal ke tempat aktivitasnya.
Setelah lima menit mobil berjalan, ada satu penumpang yang duduk sebelahku bersiap mau turun, ini saatnya untukku bergantian duduk dengannya. Tapi ketika aku hendak duduk, ada seorang bapak-bapak langsung menyerobot dan duduk di bangku yang sempat mau aku duduki. Akupun dengan sedikit terpaksa mempersilahkannya untuk duduk di kusi itu. Didalam hati aku berpikir ya sudahlah, lagi pula perjalannanku masih jauh.
Kini mobil sedang melaju kencang. aku melihat kesekeliling tampak hamparan sawah yang sangat luas. namun ketika aku melihat ke pintu belakang mobil, tampat seorang nenek yang sangat tua dengan pakaian kebaya hijau yang sudah kucel dan kotor. terlihat dia memekai kerudung hitam dan rok dari kain batik. Ia membawa sebuah pelastik bekas pack permen. aku sudah berpendapat bahwa dia adalah seorang pengemis yang hendak meminta-minta pada penumpang bis ini. Namun bis yang kami tumpangi ini terlalu padat. Sehingga sang nenek tampak kesusahan untuk menuju kedepan.
Sesekali ku tatap wajahnya, dengan hati terheran, ku melihat mukanya sangat pucat sekali. tampak seperti orang yang belum tidur seharian penuh. Kemudian aku mencobabertanya padanya.
“ nenek tidak apa-apa?” nenek itu terlihat seperti mencari-cari sumber suara yang bertanya padanya.
“ia nak nenek hanya pusing sedikit.”
Nenek itu menjawab dengan wajah yang sangat pucat dan tampak ia memegang pada tiang dekat pintu bis dengan sangat erat, sepertinya ia sudah tidak kuat lagi untuk berdiri. Ku kembali mengajaknya bicara supaya si nenek tidak jatuh pinsan.
“nenek tampak pucat sekali.” Aku pun memegang tangannya.
“ya nak nenek ingin sekali duduk tapi sepertinya bis ini penuh sekali”
“ nenek mau pergi kemana?”
“ ke terminal.” waktu itu aku sangat takut nenek jatuh pinsan.
Tak lama Kemudian ada lagi satu penumpang yang duduk hendak turun. Sudah pasti tempat duduknya kosong. inilah kesempatan untuk nenek ini duduk. namun tempat yang kosong itu sangat jauh di depan. Tapi karena sangat kasihan pada si nenek, aku mencoba meminta pada seseorang yang hendak duduk di kursi yang kosong itu supaya ia memberi kesempatan pada nenek ini untuk duduk.
“pak, maaf ibu ini sangat pucat sekali. Bisa kah bapak memberikan kesempatan padak nenek ini untuk duduk!”
kemudian si bapak yang hendak duduk tadi kembali terbangun. Kurasa dia mengijinkan tampat itu untuk diduduki si nenek.
Ku coba berjalan menuju tempat duduk yang kosong tersebut, ku coba berjalan pelan-palan sambil memegangi si nenek. namun suasana di dalam mobil sangat sesak. sehingga membuatku kesulian berjalan apalagi sambil memegang si nenek yang hendak mau pinsan. Namun aku tetap berusaha memegangi si nenek untuk dapat duduk di bangku yang kosong itu. tapi tiba-tiba saja saat ku berjalan, aku merasakan ada seseorang yang mendorangku. karena badanku tudak seimbang, aku pun terjatuh dan melepaskan pegangan si nenek. Saat itu aku tidak tahu keadaan si nenek bagai mana, aku terjatuh di sekian banyaknya orang, sulit sekali rasanya bagiku untuk membangunkan badan ini, bahkan tangan, kaki dan seluruh badanku terinjak-injak. aku merasakan sesak untuk bernafas. Bahkan ingin membuka mulut untuk meminta tolong pun rasanya susah sekali. Aku sudah tidak memikirkan apa-apa. Baju dan celana putih yang baru saja aku pakai terijak-injak oleh orang-orang dan tak karuan. Sakitnya badan ini, ku rasakan injakan sepatu orang-orang. termasuk yang paling sakit adalah tangan ku, sepertinya orang yang menginjak tanganku adalah seorang karyawan pabrik, karena aku tahu orang-orang karyawan pabrik memakai sepatu yang khusus yaitu terbuat dari karet yang sangat keras dan di lapisi besi di bagian depannya. Aku merintih kesakitan tapi rupanya tidak ada yang memperdulikanku.
Namun di saat aku mengucap istighfar, aku merasa ada seseorang yang membangunkan ku. Dia menolongku untuk dapat bangun. Saat ku bisa berdiri kembali, yang ada di pikiran ku adalah si nenek. aku terus melihat-lihat di sekitarku namun ternyata dia sudah tidak ada di dalam bis. Ku coba tanyakan pada seorang gadis yang berada di sampingku.
” kamu meliha nenek yang tadi bersama ku?”
” dia sudah di usir keluar” mendengar jawaban gadis itu, nafasku langsung sesak dan rasanya ingin sekali meneteskan air mata.
” siapa yang telah mengusirnya?”
” ya siapa lagi kalau bukan kernet mobil ini.”
dengan kesal dan sedih ku coba menuju kernet mobil ini
” pak, kenapa bapak tega mengusi nenek tadi? Padahal tujuan dia masih jauh.”
Namur kernet itu malah memasang muka asem padaku. beberapa kali ku dia dan bertanya tentang keadaan si nenek. tapi sepertinya kernet itu tidak memperdulikanku. Dia malah diam saja dan menunjukan senyum menghina.
” pak, kenapa kau tega menyuruhnya untuk turun?” tanyaku dengan suara yang lebih lantang dan mengurat. semula kernet itu membalikan mukanya dari hadapanku dan secara tiba-tiba dia langsung menghajar mukaku. aku pun terjatuh dan merasa sekikit kesakitan. namun aku tetrap berusahauntu bangun kembali menanyakan padanya. belum sempat aku terbangun, kernet itu memarahiku.
”heh, gue kasih tahu ya, tidak ada yang perduli sama sekali dengan nenek itu, dia hanyalah seorang pengemis. Persetan aku harus mengasihinya.” dengan sangat kesal aku langsung membalas ucapannya.
”tega sekali kau berkata seperti itu, emang apa bedanya antara pengemis dan orang seperti kita. lagi pula tidak ada orang yang ingin ditakdirkan menjadi seorang pengemis.” namun apa daya. mobil ini sudah memasuki jalan tol. sehingga aku tidak bisa mneyusuk si nenek.
Aku merasa sangat sedih kenapa orang-orang di sini tidak ada lagi yang peduli terhadap kebersamaan dan kepedulian terhadap orang lain. Padahal waktu aku kecil orang-orang di sini sangat ramah-ramah dan penyayang sesama. Tapi mungkin sekarang sudah berbeda, dan sekarang penduduk asli sini sudah sedikit. yang ada sekarang adalah orang-orang luar kota yang mau ikut mencari uang di sini. sehingga kebiasaan baik orang sini sudah berubah dan terpengaruhi orang-orang pendatang.
Ku senderkan badan yang penuh memar ini di tiang dekat pintu bis. Ku lihat seluruh tubuhku dan baju yang tadi aku pakai bersih bersinar, kini harus berubah menjadi coklat kotor dan penuh jejak sepatu akibat injakan orang-orang dalam bis. Sambil ku pegang tangan kananku yang penuh memar dan mengusap pipi bekas pukulan tadi, aku melihat keluar. Rupanya perjalananku masih sangat jauh butuh sekitar 30 menit lagi untuk sampai ke sekolah. dalam hatiku, aku masih terus memikirkan bagai mana keadaan si nenek di sana. dan jika aku teringat mukanya yang sangat pucat, hati ini rasanya takut sekali jika ia tidak ada yang memperdulikan.
Kini waktu telah menunjukan pukul 06.30 perlu 15 menit lagi bagiku untuk sampai ke sekolah. Aku tidak tahu bagai mana keadaan ku nanti di sekolah, seluruh badan ku penuh dengan luka memar dan seluruh pakaian ku nyaris tidak berwarna putih lagi. Aku hanya pasrah dan menunggu nanti di sekolah. Ingin sekali ku harapkan ada teman-teman ku di sini, karena merekalah yang selalu memberi ku semangat dan dorongan supaya aku bisa lebih kuat dalam menghadapi semua tantangan hidup.
Bis yang sedang melaju kencang kini mulai melalui jalur yang melewati hamparan kebun karet yang sangat luas. Tidak ada satu pun rumah atau warung di jalur ini. Dan akupun masih menyender pada tiang dekat pintu bis depan. di jalur ini mungkin bisa dibilang jalur yang tidak ada hambatan sama sekali. Di saat mobil melaju sangat kencang, tiba-tiba saja mobil direm secara mendadak. semua penumpang yang ada di dalam menjerit dan berjatuhan, aku yang sedang menyender pada tiang pun ikut terjatuh. Dengan cepat aku segera bangun, aku ingin melihat hal apa yang membuat bis ini terhenti. Ternyata tiga orang dengan pakaian yang sangat menyeramkan dengan golok dan cerulit di kedua tangan mereka tampak di depan mobil. bahkan diantara mereka ada yang membawa senjata api. kepanikanpun mulai muncul di hati para penumpang.
Melihat semua itu membuatku yakin bahwa mereka adalah tiga orang pembajak bis kota yang biasa membajak bis di jalur ini. Cerita tentang ketiga pembajak ini memang sekarang sedang membuat geger seluruh warga di sini. menurut ceritanya, mereka tidak segan-segan membunuh setiap orang yang mencoba melawan mereka. Aku tidak menyangka kalau pada hari yang indah dan cerah ini dapat bertemu dan menjadi sasaran semua perampok itu. Hati rasanya takut dan berdetak tak karuan. Ku tahu ketakutan yang ku rasakan ini bukanlah ketakutan yang ku miliki seorang, karena semua orang yang ada di dalam bis ini pasti sudah mengetahui tentang cerita ketika pembajak bis ini.
Dengan gerakan yang sangat cepat dan penuh ancaman perampok bis itu masuk kedalam bis dan berteriak mengancam pada semua orang yang ada dalam bis untuk tidak memberontak apalagi sampai mencoba melawan. Aku yang berada pas di depan pintu mobil merasa sangat takut sekali. aku terus berdo’a agar terhindar dari segala mara dan bahya. akupun mencoba tetap tenang dan berusaha untuk tidak gugup dihadapan mereka. Sebab jika aku terlihat gugup di hadapan mereka aku bisa jadi sasaran yang akan di jadikan sandera oleh mreka. ketika mereka semua masuk kedalam bis, merekapun melintas tepat di hadapanku. Keringatku semakin bercucuran saat kucium bau badan mereka.
”menunduk semua!” kegegeran dan kepanikan semakin memuncak.
”tidak ada yang membuka mulut atau sampai bergerak sedikit pun!”
semua orang yang ada di dalam bis serentak langsung menunduk, sebab mereka tidak mau gegabah di hadapan para perampok itu.
”semua barang yang kalian bawa letakan semuanya di depan kalian!” aku bersama semua orang yang ada di dalam bis langsung saja menuruti semua perkataan para perampok itu.
Namun saat keadaan semua orang panik, seorang kakek tua dengan memakai baju baju putih tidak tahan lagi berada dalam bis. Ia terlalu merasa ketakutan dan berdiri sambil berteriak-teriak tak karuan. Aku pun sampai kaget melihatnya. Mendengar semua itu para perampok langsung refleks dan langsung saja melemparkan sebuah cerulit tajam ke perut kakek itu. dan cerulit itu tepat mengenai perut si kakek. Semua orang di dalam bis langsung berteriak ketakuatan.
”diam semua! kalian mau nasib kalian seperti orang tua itu?”. semua penumpang kembali merunduk. sementara perut si kakek banyak mengeluarkan darah. Kakek itu langsung tergeletak begitu saja dan tidak ada yang menolong. Rasanya ingin sekali ku langkahkan kaki ini untuk menolong si kakek. Namun ketakutan yang ku rasakan terlalu besar sehingga aku hanya bisa diam saja. aku kembali melihgat ke sekelilingku, aku melihat seorang ibu yang sedang menggendong anaknya yang masih balita. ibu itu tampak sedang menenangkan anaknya dan terus mendekap anaknya dengan pelukan yang sangat erat.
Di lain sisi seorang perampok mengambil semua barang yang disitanya satu persatu. Saat perampok itu mulai mendekatiku dan hendak mnegambil barang milikku, tiba-tiba saja ku dengar suara itu dari luar pintu
“jangan bergerak!”
ketika aku melihatnya, ternyata satu pasukan polisi sudah berada di luar dan semuanya menadahkan senjata pistol kehadapan ketiga perampok tersebut. Saat ku melihat ke luar tiba-tiba saja ada tangan yang langsung menyergapku. aku sangat kaget sekali, rupanya salah satu perampok yang hendak mengambil barang di dekatku mencoba memberontak polisi dan berusaha menyergapku. Aku sangat ketakutan sekali dan merondah-rontah berusaha untuk melepaskan dari sergapannya. kemudian polisi yang di luar memerintahkan semua pasukannya untuk menurunkan bidikan senjata pada para perampok itu. aku tahu para polisi itu tidak mau kalau para perampok sampai menyakitiku.
Doooorrrrr............!!!!!!
Ku mendengar suara letusan pistol satu kali, dan aku merasakan kakiku adalah sasaran pistol itu, saat ku lihat kakiku ternyata mulai mengeluarakn darah. Sengan singkat badan ku langsung terasa lemas dan tidak kuat lagi untuk berdiri. Saat letusan pistol iturupanya semua orang yang ada di dalam bis semakin merasa panik. Aku sempat melihat ke depan ternyata yang menembakku adalah salah satu dari pasukan polisi. aku bertanya-tanya dalam hati, kenapa aku sampai ditembak. Aku yang semakin lemas dan tidak kuat lagi untuk berdiri membuat perampok yang menyergapku merasa kesulitan untuk memegangi dan memaksaku untuk berdiri. Saat itu ku tersadar bahwa jika ku lemas perampok yang menyanderaku pasti kesulitan untuk memegangiku. Dan dapat mempermudah para polisi untuk kembali menyergap para perampok itu. semua perampok itu berhasil di tangkap oleh para polisi. Tidak ada satu orang pun yang memberontak.
Saat itu aku masih dapat mendengar suara seseorang menelpon, rupanya dalam pembicaraan telpon itu adalah salah-satu dari polisi memanggil ambulante. mungkin karen mereka tahu keadaan ku semakin tidak membaik. Setelah itu badanku rasanya sudah terurai kaku dan tidak kuat lagi untuk nenahan. mataku berkunang-kunang dan berkaca-kaca, aku pun terjatuh pingsan.
Setelah kejadian itu aku dirawat salah satu rumah sakit di daerah karawang. Karena letusan senjata api itu akhirnya aku harus dioperasi. dikarenakan peluru yang bersarang di kaki ku sangat susah untuk dikeluarkan. Walau demkian aku Sangat Bangga dan ini merupakan pengalaman yang tak akan pernah aku lupakan.
By ade rosim pujangga