Don’t cry for me satan
3 hari yang lalu aku terhenyak ketika kulihat seorang, tapi lebih tepat kalau disebut semakhluk tinggi besar dan berbadan gelap. Makhluk tersebut kuperhatikan sedang melamun dan tampak sedih bahkan putus asa. Dia berdiri di sebuah balkon di lantai 2 kostku dan memandang ke arah jalan.
Dengan penuh rasa penasaran kuhampiri sang makhluk tersebut. Rupanya sang makhluk tersebut terlalu asyik melamun hingga kedatanganku tidak diketahuimya sama sekali. Setelah dekat, aku makin yakin bahwa dia bukan teman satu kostku dan yang lebih menyeramkan lagi, ternyata dia memang benar-benar bukan manusia. Dengan hati-hati aku menyapanya, “maaf mas, bang, bung, lai, da, pak, oom atau apalah, kenapa anda tengah malam begini berada disini? Dan kalau boleh aku tahu, siapa anda ini? Aku belum pernah mengenal anda.”
Sang makhluk yang tidak mengetahui sama sekali kedatanganku, tampak terkejut dan dia tanpa menoleh sama sekali menjawab pertanyaanku tadi.
“Saya salah satu penghuni tertua didunia ini.”
“Maksud anda?” tanyaku penasaran.
“Saya adalah makhluk sebangsa jin dan nama saya adalah ‘setan fulus’ atau bahasa kerennya ‘money satan’,” jawab sang makhluk dengan tetap tanpa menoleh.
“Masya Allah, benar dugaanku bahwa anda ini bukan bangsa manusia,” ucapku spontanitas. Entah kenapa aku tidak merasa takut sama sekali bahkan timbul rasa penasaran untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang makhluk yang mengaku bernama setan fulus itu.
“Tapi kenapa anda keluar dari alam anda dan menampakkan wujud anda kepadaku? Eh .. ngomong-ngomong kenapa anda tidak mau menghadapkan muka anda ke arahku? Apa anda merasa lebih terhormat dan mulia dibanding aku?” tanyaku tanpa henti.
“Justru karena aku merasa rendah diri itulah maka aku tidak mau menghadapkan mukaku kepada anda,” jawab setan fulus.
“Kenapa anda rendah diri?” tanyaku makin penasaran.
“Aku malu, karena orang tuaku setan, teman-temanku setan dan yang lebih memalukan lagi karena pacarku juga setan,” jawab setan fulus penuh kesedihan dan rendah diri.
“Ya iyalah, anda sendiri kan juga setan, otomatis semua yang berhubungan dengan anda juga pasti setan, apalagi orang tua anda. Tapi terus terang aku baru sekali ini tahu kalau ada setan malu menjadi setan. Bukankah bangsa anda itu biasanya sangat membanggakan asal usul bangsa anda yang berasal dari api beracun?”
“Ya memang mayoritas bangsa kami sangat bangga dengan kesetanannya, tapi terus terang saya sebagai setan generasi muda sangat malu dengan kenyataan yang menyatakan bahwa kami adalah bangsa yang terkutuk, bangsa yang menyesatkan, bangsa yang menakutkan, dan masih banyak lagi predikat jelek bagi bangsa kami,” jelas setan fulus panjang lebar.
Baru saja aku hendak bertanya lagi, tiba-tiba hawa dingin dengan disertai kabut yang cukup pekat menyelimuti kami berdua. Lalu terdengar setan fulus berkata dengan suara yang menyedihkan. “Hai setan maruk, cepat kau turun dan bergabung dengan kami di sini.”
Setan maruk yang dipanggil oleh setan fulus itu akhirnya turun dari atas pohon depan kostku. Dia turun bagaikan pesawat stealth, pesawat kebanggaan Amerika itu. Dengan sangat serius aku perhatikan muka dari setan maruk tersebut. Tapi seperti setan fulus, sang setan pendatang inipun tidak mau menampakkan wajahnya, hanya rambut panjang yang beriap-riaplah yang tampak dalam kegelapan malam.
Tampak setan fulus sedang ngobrol serius dengan setan maruk, lamat-lamat kudengar apa yang mereka bincangkan, tapi aku enggak ngerti bahasa apa yang mereka pakai, mungkin mereka menggunakan bahasa setan.
“Anda sudah tahu nama kami, tetapi kenapa anda tidak mau menyebutkan nama anda? Kami berdua ingin berkenalan dengan anda,” tanya setan fulus kepadaku.
“Aku mau mengenalkan diriku, asal kalian mau memperlihatkan wajah kalian kepadaku saat ini juga.”
“Apakah anda tidak takut jika melihat wajah kami berdua?”
“Insya Allah aku enggak akan takut.”
Akhirnya mereka berdua mau memperlihatkan wajah mereka yang sesungguhnya kepadaku. Memang menyeramkan wajah mereka itu. Setan fulus matanya besar dan melotot seolah-olah hampir keluar dan hidungnya nampak kembang kempis macam karet. Sedang setan maruk lebih dashyat lagi. Mukanya lebih kacau, matanya juga besar, mulutnya lebar dan selalu meneteskan air liur yang enggak ada habisnya dan rambutnya juga acak-acakan. Pantas mereka minder menampakkan wajahnya kepadaku, walaupun sebetulnya bukan hanya masalah wajah saja yang membuat mereka minder.
“Baiklah, namaku Mbethik, orang memanggilku kyai Mbethik. Aku paham kenapa kalian menutupi wajah kalian terus menerus. Wajah kalian memang jelek dan menyeramkan, tapi itu menurut pandangan manusia, sedang jika menurut pandangan bangsa kalian, mungkin kalian termasuk setan-setan yang tampan dan menarik. Lalu kenapa kalian harus rendah diri? Bukankah kalian hanya akan mengawini wanita dari golongan bangsa setan juga? Jadi biar kalian tidak minder lagi aku sarankan agar kalian jangan menampakkan diri lagi di depan manusia.”
Setan fulus dan setan maruk mengangguk-angguk, kemudian setan maruk bertanya kepadaku, ”terus terang kami heran, kenapa anda tidak terkejut dan takut melihat wajah dan penampakan kami?”
“Saya pernah akrab dengan setan-setan yang ada di tubuh saya ini. Dialah setan yang paling berbahaya bagiku. Dialah setan yang selalu mengikuti kemana aku pergi dan tidak pernah putus asa untuk menyesatkanku. Nah oleh karena aku pernah akrab dengan setan yang paling berbahaya bagiku, maka kalian berdua sama sekali tidak akan membuatku takut dan bergidik.”
“Aku yakin masih ada hal yang lain yang membuat kalian putus asa dan sedih?” tanyaku penuh selidik.
Setan fulus dan setan maruk terkejut kutanya demikian. Mereka saling berpandangan dan kemudian setan fulus berkata, “Begini kyai Mbethik, akhir-akhir ini bangsa kami merasa frustasi dengan kondisi alam manusia ini. Kami bingung dengan segala tingkah laku manusia akhir-akhir ini.”
“Apa yang membuat kalian bingung dan frustasi?” tanyaku.
“Kyai Mbethik pasti tahu bahwa tugas kami ini adalah menghasut manusia agar menempuh jalan yang sesat dan menjauhi jalan yang benar, yang akhirnya akan terjerembab dalam dosa dan yang pasti akan menemani kami hidup di neraka jahanam.”
“Aku sudah tahu tugas kalian memang seperti itu, tetapi yang membuat aku jadi bingung, kenapa kalian bangsa setan jadi pada bingung dan frustasi? Bukankah kalian sampai sekarang masih tetap menjalankan tugas kalian?”
Setan fulus berkata dengan mata berkaca-kaca (tangisan iblis), “kami ini bingung dengan tingkah laku manusia sekarang. Manusia-manusia sekarang sudah tidak membutuhkan kami lagi, mereka tanpa kami hasut, tanpa kami bujuk dan tanpa kami sesatkan ternyata sudah sesat sendiri. Manusia sekarang bisa lebih kejam, lebih bengis dan lebih sesat daripada bangsa kami. Nah kalau manusia sudah seperti itu, lalu buat apa lagi kami ada di dunia ini? Jelas kami tidak bisa menjalankan tugas kami dengan baik dan sesat. Tapi yang paling kami khawatirkan lagi, jika semakin hari kami tidak bisa menjalankan pekerjaan dan tugas kami ini, maka tidak menutup kemungkinan kami akan kena PHKS (pemutusan hubungan kerja setan).”
Setan fulus dan setan maruk berpelukan sambil terisak-isak. Aku melihat demikian sama sekali tidak terharu, karena aku sadar yang menangis di depanku ini adalah bangsa setan. Bangsa yang menjadi musuh manusia, yang berarti juga musuhku karena Alhamdulillah aku tercipta di dunia ini sebagai manusia. Aku malah tertawa melihat mereka menangis, mungkin mereka terlalu sering nonton sinetron atau mungkin mereka merasa tereliminasi dari bangsa setan.
Setelah mereka sudah tenang, setan maruk gantian yang curhat kepadaku. “Bayangkan kyai, apa manusia-manusia sekarang tidak tambah kejam, sadis, jahat, culas dan telengas? Masa ada ayah memperkosa anak kandungnya, anak membunuh orang tuanya, kakak dan adik saling bunuh-bunuhan, sampai-sampai ada seorang ustad mencabuli santrinya, apa hal itu bukan merupakan suatu keluarbiasaan?”
“Ada juga yang tidak kalah bahayanya, yaitu perbuatan orang seseorang yang mengakibatkan bencana alam dan menimbulkan korban yang tidak sedikit,” setan fulus menimpali.
“Apa maksudmu setan fulus?” tanyaku agak penasaran.
“Begini, manusia-manusia begitu rakus dan serakahnya dalam melakukan korupsi. Kita akui, memang bangsa kita juga yang menghasut manusia agar korupsi, tetapi kami sendiri tidak menduga jika ternyata manusia jauh lebih korup dari yang kami kira. Nah otomatis, kita sebagai bangsa setan yang pertama-tama membujuk manusia agar korup, menjadi tersinggung dan minder dengan kelakuan manusia-manusia yang kita hasut tersebut. Kalau meminjam istilah manusia yaitu kebablasan.”
“Lalu manusia yang bisa menyebabkan bencana alam?” tanyaku lagi.
Kali ini gantian setan maruk yang menjawab, “manusia-manusia yang tingkah laku dan polahnya mengakibatkan bencana alam terjadi. Dan hal itu sudah sering terjadi di alam manusia ini. Orang mengakibatkan kebakaran hutan karena kesembronoan dan kebodohannnya dan yang paling aneh adalah orang juga bisa menyebabkan banjir lumpur sampai melanda hampir seluruh kota. Bingung, kami benar-benar bingung. Sepertinya bangsa setan secepatnya harus melaksanakan mubes dan munas (musyawarah besar setan dan musyawarah nasional setan), agar kami bangsa setan tidak tambah rendah diri dan malu berhadapan dengan manusia.”
Setan fulus dan setan maruk, saling melirik dan kembali berkomunikasi dengan bahasa setan. Lalu keduanya sepakat untuk berpamitan denganku. “Kyai, kami mohon diri dan tolong beri kami maaf yang sebesar-besarnya jika kami sudah tidak mau lagi mengganggu dan menghasut manusia. Kami akan mencoba menggoda dan menghasut binatang saja, mungkin mereka masih belum banyak yang jahat, bejat dan kejam seperti manusia.”
“Tunggu!”
“Ada apa kyai,” mereka menghentikan ancang-ancang untuk menghilang.
“Ada salah satu bangsamu pada zaman Rasulullah Saw. yang sudah mengucapkan 2 kalimat syahadat, yaitu hama bin him bin laqiz bin iblis, ikutilah jejaknya!” kataku dengan berharap.
“Terima kasih kyai, kami akan pertimbangkan itu, sampai jumpa.”
Setelah kedua setan itu pergi, aku segera kembali ke kamarku. Kunyalakan lampu neon, kuminum kopi yang sudah agak dingin dan aku tertawa sendiri mengenang pertemuan tadi. Memang benar apa kata mereka tadi, manusia sekarang kelakuannya bisa lebih kejam dari binatang, bahkan lebih culas dan jahat dari setan atau iblis atau bahkan biangnya iblis sekalipun. Manusia sekarang cenderung memikirkan harta duniawi, kenikmatan-kenikmatan dan kekuasaan-kekuasaan sesaat. Akh… kenapa aku jadi punya perasaan malu kepada setan-setan tadi? But…nevermind, I am a man, I’m not satan or devil. I have Allah SWT and Rasulullah Saw.
Nb: to Satan or devil, go to hell back!
By Kyai Mbethik